Selasa, 02 September 2014

Skenario "Semangat Merah Putih"



SEMANGAT MERAH PUTIH
Narator           :Di sebuah kantin yang dipenuhin siswa. Banyak yang senang dengan kantin ini, karena memang cuma satu-satunya, selain itu penjaganya ramah sekali dan tempatnya juga bersih sekali. Tidak terlihat kesan mewah, tetapi kesederhanaanlah yang terlihat. Sementara itu, Putih dan Suci tampak lagi makan siang.
Rani                 :”Alhamdulillah. Sudah kenyang.”
Merah             :”Iya, masakannya enak ya? Lain waktu, kita coba  makan gado-gado yuk”
Rani                 :”Pisang coklat juga enak. Oh, ya Putih apa kabar Merah?”
Merah             :”Baik. Nanti dia kemari, Ran. Dia sedang sibuk cari sponsor untuk kegiatan 17 Agustusan , sekaligus lagi ngetol merayu ketua yayasannya.”
Rani                 : (Merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah tabloid.)
Merah             :“Aduh, itu lagi, itu lagi.  Apa sih yang lebih baik dari….?”
Rani                 :“Aduh, banyak Mer. Teknologinya, koreografinya, serialnya. Pokoknya asyik deh.” (Sambil membolak-balikkan tabloid remaja yang covernya personil grup
                        Korea yang lagi booming.)
Merah             :“Oh ya? Kalau gitu aku mau nanya Rani, kamu tinggal di mana sekarang?” (dengan suara khasnya yang  centil.)
Rani                 :“Di Indonesia.”
Merah             :“Ya udah, lebih baik Indonesia lah. Budayanya, orangnya cantik-cantik dan ganteng-ganteng, dan bersahaja.”
Rani                 :“Korea juga.”
Merah             :“Iya, iya. Tetap aja aku pilih Indonesia.”
Narator             : “Suara lonceng berbunyi. Tanda istirahat sudah berakhir.  Si Suci dan Si Putih serentak bangkit dan berjalan menuju ruang kelas mereka.  Dalam perjalanan menuju kelas. Si Suci tiba-tiba ditubruk oleh seseorang. Suci bingung dan terkejut.”
Budi                  :“Eh, maaf . Aku buru-buru. Soalnya, aku di tunggu di ruang penelitian. Enggak pa pa kan?”
Rani                 :“Enggak apa kok.”
Budi                 :“Oh ya, kenalan yuk. Namaku Budi. Budi Pratama. “
Suci                  :”Rani Ramadhani dan ini teman sebangkuku, Merah Ayu Dewi.”
Budi                 :“Sebenarnya kita sudah sering jumpa kan?” Tanya Budi bersahabat
Merah dan Rani          : “Iya betuul…” kompak keduanya menjawab
Budi                 :“Oh ya, kapan-kapan lihat kami penelitian ya.”
Merah             :“Kalau boleh, kenapa enggak? Seru juga, biar nambah kegiatan positif nih.”
Budi                 :“Oke, aku tunggu ya. Di laboratorium setelah pulang.”
Merah dan Rani          :“Oke,” mereka pun  melanjutkan ke tugas mereka masing-masing.
                       
Narator          :”Di kelas para siswa sudah pada duduk manis. Baru saja Putih dan Suci duduk di bangkunya. Ibu guru yang terkenal ramah dan dekat dengan muridnya memasukin ruangan.
Guru                :“Baik, Dian. Hari ini kita akan belajar apa? (Tanya ibu guru mau mengetes ingatan anak-anaknya, dan kali ini yang ditanya adalah salah satu cowok dari lima orang cowok di kelas tersebut, yang total keseluruhannya adalah tiga puluh orang. Kelas Putih dan Suci adalah kelas yang difavoritkan oleh kebanyakkan cewek, dan lapangan pekerjaannya juga kebanyakkan cewek.)
Dian                 :“Belajar notulen dan stenograf”
Ibu Guru         : Untuk menjadi sekretaris yang baik, kalian harus bisa merangkum dengan baik,
mempunyai perbendaharaan kata yang baik, serta kemampuan notulen yang
memadain”
Narator           :Suasana khidmat dan tenang di dalam kelas  ketika para siswa mengerjakan soal dari buku. Ibu guru berjalan mengawasin  para siswa, sekaligus melihat apakah ada yang tidak membawa buku. Ternyata semua siswa membawa buku catatan dan bacaan. Bagus sekali.
           
                                                                        “”””
Sien                   :Di luar laboratorium atau bengkel perakitan mobil. Udaranya sejuk karena banyak pohon rindang di sekitarnya. Anak-anak tampak berbincang-bincang, ada yang berdiskusi, ada yang duduk di ruang wifi mencari informasi yang berguna. Putih dan Suci sedang menunggu Budi memanggil mereka ke dalam laboratorium.  
Merah             : “Lagi balas sms ya? Dari siapa?”
Rani                  :”Enggak ah. Lagi cari lagu untuk didengerin. Biar enggak bosan. Lama juga ya kita dipanggil Budi. Untung kita sudah sholat.”
Merah             :”Pasti lagu Korea.”
Rani                 :”Hanya mengangguk ,” kemudian terdengarlah lagu Korea.
Merah             : (Tarik nafas.)
Rani                 : “Aku juga baru beli film serial korea baru. Pasti seru.”
Merah             : “Enggak juga. Gimana kalau begini aja. Hmmh, maksudku gantian. Selama ini kan aku sering nemanin kamu nonton film Korea.”
Rani                 : “Maksudnya?”
Merah             : Adiikku hari ini ngajak nonton film Indonesia terbaru.”
Rani                 : “Nonton di mana? Aku mau.”
Merah             : “Serius, mau?”, sambil memandang Suci temannya dan seketika pandangannya
                          berubah ke arah  laboratorium. “Eh, kita sudah dipanggil.”
Rani                 :”Iya ayuk cepat,” seraya meminjit tombol stop pada hpnya.
Budi                 :”Beginilah aktivitas kami. Kami berharap perakitan kami berhasil.”
Gatot               :”Hi, Bud?”
Budi                 : (Menoleh ke arah Gatot, seniornya.)
Gatot               :(Mendekatin adik kelasnya.) “Hi, semuanya. Serius sekali.”
Budi                 :”Kenalkan ini Bang Gatot Koco Sinaga.”
Rani                 :”Udah kenal kok. Bang, selamat ya atas kelulusannya.”
Gatot               :”Iya, makasih. Kok enggak pernah datang lagi ke perkumpulan kita?”
Rani                 :”Lagi malas dan enggak ada yang nemanin.”
Gatot               :”Hmmh, dan bagaimana penampilanku,” menanyakan penampilannya yang bergaya  Korea.
Rani                 :”Lumayan.”
Merah             :”Kontradiktif.”(Putih memberi pendapat)
Gatot dan Ran :”Maksudnya?”
Merah dan Budi: (Senyum membisu)
Narator           :Kontradiktif nama dengan penampilan. Di mana-mana Gatot Koco terkenal dari
                         Indonesia. Dan yang jelas enggak suka pakai barang impor. Bukan begitu?
Budi                 :”Kenalkan ini teman-temanku satu tim. Ada Lufi, Eko, Rizal, dan Fajar. “
Merah             :”Merakit itu harus detil ya. Banyak sekali peralatannya.”
Rani                 :”Waw, ada yang cantik juga ya.”
Budi                 :”Iya kita sampirin mereka. Biar lebih enak nanya-nanyanya.”
Merah             :”Ran, jangan lupa permisi dulu sama orang tua. Kita kan mau nonton.”
Rani                 :”Baiklah.”

                                                                        “””
Sien                 :Di luar bioskop yang hari ini rame sekali pengunjungnya. Mereka berjalan menuju parkiran.
Rani                 : “Asyik juga ya. Enggak kalah asyik dengan berkunjung ke laboratorium tadi”
Merah  dan Putih: “Benar benar. Oops, sekarang sudah pukul enam.”
Merah             :”Habis ini tetap mau ikut kami kan? Sebentar aja kok”
Rani                 :”Hmmh. Baiklah demi kalian.”
Merah dan Putih saling berpandangan.
Merah dan Putih: “Asyik” (Serentak)
Rani                 : “Asyik juga. Hore…... Oh, ya kalau boleh tahu  habis ini kita kemana lagi? “
Putih                : “Tenang saja, kejutan ya.”
           

                                                                  “”””
Sien                 : Di sebuah sanggar tari, yang tempatnya tidak terlalu besar.
Putih                : “Kita sudah bisa mengikutin loh, padahal kita baru mendaftar.”
Merah             : “Mari kita naik ke panggung.”
Merah             :”Bagaimana kalau kita adakan  lomba tari daerah untuk acara 17 Agustusan di
   sekolah kita, seperti yang dilakukan oleh sekolah Putih.”
Rani                 :”Bagus sekali Put idemu. Kalian cepat sekali belajarnya.”
Merah dan Putih:”Oh ya? Makasih ya.”
Rani                 :”Seru juga  ya.”
Merah dan Putih: “Lebih seru dari Korea kan?”
Putih                :”Rani badannya cukup gemulai juga.”
Merah             :”Ternyata ada bakat terpendam juga ya, Ci”
Rani                 :”Benaran nih.”
Instruktur        :”Untuk latihan nari hari ini, kita sudahin dulu ya. Terima kasih semuanya sudah  semangat sampai akhir latihan.”

                                                                        “”””
Guru                  :”Baik anak-anak tutup bukunya. Sudah pukul 02 lewat, kelas kita hari ini sampai di sini dulu.”
Ketua kelas      :”Berdiri. Bersiap, beri salam. Selamat siang, Bu. “
Guru                :”Selamat siang. Dan Assamu’alaikum Wr Wb.” (Seraya meninggalkan kelas)
Suci                  :”Put, pr kita cuma dua kan? Biologi dan Matematika.
Putih                :”Iya benar sekali.” (Sambil memasukkan buku yang ada di mejanya). ”Mudah-mudahan di bulan puasa nanti, kita bisa lebih baik lagi ya.”
Suci                  :”Iya. Amin.”
Putih                :” Terus harus banyak nambah ilmu agama.”
Suci                  :”Apa benar kita dianjurkan untuk bersedekah waktu lapang maupun sempit?”
Putih                :”Benar sekali. Buka QS. Ali Imran 3:133-134.”
Suci                   :”QS. Ali Imran ya?, mulai dari sekarang kita harus ikut pengajian setiap minggu sekali.  Bagaimana?.”
Putih                :” “Boleh. Nah itu dia,  hari ini hari Jumat, berarti ada pengajian. Kalau begitu kita mulai dari hari ini saja. Mau…”
Suci                  :”Mau.”
Narator           :Di ruang pengajian, masih sedikit yang datang. Sebenarnya ruangan yang dipakai adalah ruangan kelas, tetapi lebih terasa adem karena suasananya begitu religius. Tak terasa Merah dan Rani sudah  menunggu lima belas menit. Dan ruangan pun sudah terisi para wanita yang kebanyakkan memakai jilbab, jika tidak yang lain sudah siap dengan kerudungnya. Yang memakai jilbab termasuk Merah dan Rani.
Suci                  : “Kok enggak ada prianya ya?”
Putih                :”Pengajian ini memang khusus wanita, karena para pria di hari Jumat sudah menegakkan sholat jumat. Jadi, pengajian khusus pria diadakan di hari kamis juga bukan di kelas, tetapi di musala kita, Ki.”
Suci                  :”Maunya tadi kita ajak yang teman kita yang lain, jadi lebih rame.”
Putih                :”Tssst…, sekarang sedang pembacaan Al-Quran.”
Suci dan Putih :Tafakur mendengarkan seorang ikhwan membacakan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 191. (Terdengar seorang siswi membaca Al-Quran dengan merdu dan baik ilmu tajwidnya)
Moderator      :”Sekarang telah hadir pembicara kita ustadjah Siti Aisyah, Lc tamatan dari Kairo. Sekarang menjadi dosen dan sudah memiliki dua orang putra dan satu orang putri. “
Ustadjah          :”Benar sekali. Kita sebagai manusia tidak boleh lupa dengan pencipta kita, Allah SWT. Dimana arti ayat tadi adalah ‘(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha suci Engkau , lindungilah kami dari azab neraka.”
Narator           :Pengajian demi pengajian setiap minggunya dilaksanakan terus, sampai bulan puasa tiba. Semakin hari semakin banyak pesertanya. Merah dan Rani tidak pernah absen. (Ditayangkan suasana pengajian yang semakin hari semakin ramai).

                                                                        “”””
Sien                 : Di taman SMK Putih, yang asri dan tertata rapi. Sekitar 7 orang duduk berdekatan untuk membicarakan kegiatan yang akan diadakan.   
Ketua               :”Jadi persiapan perlombaan kita untuk 17 Agustusan antara lain tari daerah, lomba orasi,  lomba pakaian pahlawan sudah hampir memasukin babak final. Bagaimana ibu sekretaris? ”
Merah             :”Iya benar. Untuk juri setiap acara sudah dapat. Untuk tari daerah, setiap kelompok dari setiap kelas sudah berlatih dengan giat. Semua sudah berjalan dengan rencana. Untuk biaya instruktur tari, dananya sudah dicairkan oleh pihak komite sekolah dan kepala sekolah dana. Selanjutnya akan dijelaskan sendiri oleh bendahara.”
Rani                 :”Bukan hanya itu biaya untuk publikasi, dokumentasi, peralatan sudah cair juga
                         dari sponsor kita. Syukurlah, kegiatan kita ini banyak didukung oleh bapak kepala sekolah dan penanggung jawab kita sendiri, Bapak Abdullah dan Bapak Rudi.”

                                                                        “”””
Sien                 :”Di aula SMU Merah yang besar.”
Putih                :”Ayuk, kita tidak boleh ketinggalan dengan sekolah lain. Pengurus dan anggota harus bekerja bahu membahu untuk mensukseskan acara kita ini. Setuju?” (Merah bertugas sebagai moderator)
Peserta rapat  :”Setuju.”
Ketua               :”Baiklah kalau begitu bagaimana dengan ketua tim acara, apakah sudah siap Adit? “
Adit                  :”Tari daerah siap ”
Ketua               :”Suci”
Suci                  :”Baca puisi siap.”
Ketua               :”Tika.”
Tika                 :” Busana muslim siap.”
Ketua               :”Baiklah berarti sudah siap semua, tapi sebelumnya kita berterima kasih dengan ketua periklanan kita, Putih, yang sekaligus moderator kita hari ini.”
Putih                :”Terima kasih kembali. Hanya saja ada yang ingin saya sampaikan. Sebaiknya kita tetap bisa membagi waktu antara belajar, kegiatan dan ibadah, apalagi ini bulan puasa.”
Ketua               :”Benar sekali. Oh ya, karena ini sudah azan zuhur. Bagi panitia yang beragama muslim,kita sholat berjamaah yuk di musala.”

                                                                        “””
Sien                 : Di musala yang kecil dan teduh, diramaikan oleh siswa-siswa yang akan bersegera ke ampunan Allah.
Putih dan Suci: (Menegakkan sholat berjamaah)
Putih dan Suci: (Selesai sholat, mereka berdua dan siswa lain yang ada di musala ikut tadarusan.)

                                                “””
Sien: Tampak lapangan sekolah Merah dan Putih, dan di beberapa sekolah lainnya juga. Terdengar lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh seluruh hadirin upacara bendera pada tanggal 17 Agustus . Suasana terasa khidmat. Pasukan pengibar bendera begitu terlatih dan rapi melaksanakan tugasnya. Bendera sangsaka merah putih pun dikibarkan. Para hadirin memberi hormat dengan posisi sempurna.
Narator        :Setelah upacara langsung digelar perlombaan di sekolah Merah dan Putih. lomba tari daerah yang pertama diadakan di sekolah Merah. Para siswa antusias sekali menonton perlombaan.
Protokol           : Peserta pertama dari kelas II-3, tarian daerah yang dibawakan adalah dari daerah Sulawesi. Mari kita sambut penampilan mereka. Waktu dan tempat kami persilakan.(Para siswi kelas II-3 naik ke atas pentas dengan berpakaian adat yang lengkap dari daerah Makassar, tepat setelah dipersilakan oleh protokol yang memakai pakaian pahlawan, lalu mereka membawakan tarian kipas dari Makassar.)
Narator           :Sedangkan di sekolah  Putih yang pertama diadakan adalah lomba orasi. Para penonton bersorak karena kegirangan dan tidak sabaran melihat peserta melakukan orasinya.
Peserta pertama: “Di masa reformasi ini, kita tidak boleh kebablasan saudara-saudari. Kita boleh berbicara atau mengemukakan pendapat, tetapi harus dipikirkan baik buruknya, tidak  hanya mewakilin kepentingan pihak tertentu, tetapi lakukan karena rakyat. Sekali merdeka tetap merdeka. Merdeka!!!”
Narator             : Perlombaan berlangsung meriah, meskipun sedang puasa para siswa tetap semangat. Acara demi acara berlanjut dari lomba tari daerah, lomba orasi, lomba pakaian daerah, lomba busana muslim, dan sampai dengan lomba baca puisi. Para peserta orasi, ada yang memakai pakaian pahlawan, ada juga yang memakai seragam sekolah. Para juri menjadikan itu sebagai penilaian. Dewan juri terlihat serius dan sedikit tegang. Lomba pakaian pahlawan terlihat apik sekali. Yang peserta cowok terlihat gagah sekali. Sedangkan lomba busana muslim, yang diadakan untuk menghormatin bulan puasa, serta agar siswa tidak terlalu berpakaian vulgar nantinya, diikutin oleh pria dan wanita. Tampak hampir semua peserta sudah mempersiapkan diri dengan baik, karena busana yang dikenakan begitu mengesankan. (Ditayangkan berganti-ganti antara SMK si Merah dan SMU si Putih, yang sedang mengadakan lomba. Lomba yang ditayangkan disesuaikan dengan apa yang sedang disebutkan oleh narator)
Protokol            :”Pembacaan puisi akan dibawakan oleh siswa kelas I-5, Juli, yang berjudul Krawang Bekasi.”
Juli                    :”Krawang bekasi ….”

                                                                        “”””
Sien                   :Di rumah si kembar Merah Putih. Rumahnya tidak besar dan tidak pula kecil. Rumah Merah Putih ada kolam ikannya. Rumahnya klasik. Di dalamnya terdapat ornament-ornamen budaya.”
Narator             :Sesampainya Merah dan Putih di rumah mereka yang berbahagia dan ceria.
                          Mereka langsung mandi dan berganti pakaian rumah. Tiba-tiba terdengar suara ibu memanggil.
Ibu                     :”Ayuk, cepat ke ruang makan. Bentar lagi bedug.”
Merah dan Putih         : “Oke, Bu.” (Merah dan Putih berjalan cepat menuju meja makan yang ada di ruang makan.)
Bapak                :”Acaranya sudah selesai?” (Tanya Bapak setelah Merah dan Putih duduk di meja makan)
Putih                 :”Belum pak, besok dilanjutkan kembali.”
Merah               :”Kalau kami sudah selesai.”
Ibu                     :”SMK nya Merah masuk TV loch tadi pagi.”
Putih                 :”Waw keren.”
Ibu                     :”Anak SMK bagian otomotif. Ada juga yang cewek diinterview. Yang cowok anaknya sepertinya baik sekali. Tutur katanya lembut”
Bapak                :”Sesuai dengan namanya. Siapa Bu namanya?”
Ibu                     :”Bud, bud, bud...”
Putih                 :”Ah Ibu lucu deh. Entar Merah marah Bu.”
Merah               :”Namanya Budi Pratama. Kapan ditayangkan?”
Bapak                :”Kok tahu? Setelah acara interview bersama paskibraka”
Merah dan Putih:”Oohhhh...”
Bapak                :”Ech, sudah bedug mari kita berbuka.” (Mereka pun berbuka dengan wajah
                          Senang dan puas)
Merah               :”Bu, semoga hasil karya mereka laku di pasaran ya Bu.”
Bapak, Ibu, dan Putih:”Amin ya robbal ‘alamin.”
Merah               :”Amin. Insya Allah. Man jadda wa jadda.”

                                                            “””””
Sien                   : Di laboratorium tempat anak-anak otomotif menjalankan prakteknya.
Merah               :”Bud, ada kejutan buat kalian.”
Budi                  :”Kejutan apa?”
Merah               :”Dua kejutan sekaligus. Kejutan pertama, silakan masuk. Inilah dia pasangan serasi.”
Gatot dan Rani : (Masuk dengan memakai pakaian adat Jawa ala Gatot Koco dan Srikandi)
Budi dan teman-teman satu laboratorium bertepuk tangan.
Merah               :”Satu dua tiga”
Gatot dan Rani :”Aku cinta Indonesia. Hidup Indonesia.”
Budi                  :”Wah, sudah cocok jadi duta pariwisata. Besok pakaian adat mana lagi?”
Merah               :”Tunggu dulu. Kejutan kedua.”
Putih                 :(Muncul dengan memakai pakaian seragam SMU, didampingin Suci)
Budi dan yang lain: “Ini dia Merah Putih, kembar tapi tak sama.” (Tertawa)
Rani dan Suci    :”Mau pilih yang mana?”
Budi                  :”Hmmh, kalau aku mau yang double chocolate.”
Merah dan Putih:”Bukan double white, bukan double chocolate, tetapi Merah Putih.” (Serentak)
Catatan Penutup:”Selamat Dirgahayu Indonesia yang ke-67. Semoga Indonesia semakin jaya.”
                             (Didendangkan lagu Padamu Negeri)
                         

                                                            “SELESAI”






















                                   

                       
                       



             
    







                



                                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar