Selasa, 19 April 2011

"Belajar dari Negara Jepang"


      Perang dunia kedua tidak dapat dihindarkan oleh negara raksasa Jepang pada saat itu. Setelah dijatuhkan dua bom atom bertenaga dahsyat, Hiroshima dan Nagasaki hancur, luluh lantak rata dengan tanah. Begitu banyak kerugian yang diderita baik secara material, jiwa maupun moral. Angkatan muda banyak yang berguguran, yang tersisa hanyalah dataran tandus yang tidak mempunyai sumber daya alam. Pada tahun 1945, Jepang benar-benar hancur total. Namun, semua kondisi pada saat itu tidak menyurutkan tekad bangsa Jepang untuk meraih sukses dan bangkit dari keruntuhan negaranhya.
       Pada awal tahun 1950, seluruh pemuka masyarakat, pejabat pemerintahan, pemuka agama, teknokrat, akademisi, tokoh pemuda, dan seluruh elemen inti masyarakat mengadakan pertemuan bersama di gedung pemerintahan untuk menentukan tekad bangsa ke depan. Hasil dari pertemuan tersebut dirumuskan sebagai tekad bersama bangsa Jepang, bahwa rakyat Jepang bertekad untuk menjadi negara nomor satu di bidang tekstil dalam kurun waktu satu decade ke depan. Kerja keras dilakukan oleh semjua elemen bangsa untuk mewujudkan satu tujuan bersama. Hasilnya, sebelum genap 10 tahun, Jepang telah berhasil menjadi negara penghasil tekstil nomor satu di dunia. Apakah mereka puas dengan pencapaian target tersebut? Jawabannya, tidak.
      Pada awal tahun 1960, pertemuan diadakan kembali untuk merumuskan goals bersama selanjutnya. Jepang kemudian menentukan goals bersama selanjutnya. Jepang kemudian menentukan goals yang lebih menantang lagi , yaitu menjadi negara nomor satu dalam memproduksi baja. Bagaimana mungkin? Jepang tidak memiliki sumber biji besi yang mendukung pencapaian target itu. Bangsa tersebut tidak putus asa, mereka memutar otak dan mengimpor bijih besi dari Eropa Timur  untuk kemudian mengolahnya menjadi baja ringan. Alhasil, mereka menjadi negara produsen baja nomor satu di dunia pada akhir decade 60-an. Puas? Sekali lagi tidak.
     Goals selanjutnya kembali dirumuskan bersama. Kali ini, mereka bertekad menjadi negara nomor satu pembuat mobil di dunia. Focus pada goalsnya, mereka bekerja keras dan berhasil mewujudkan targetnya walau terlambat satu tahun. Pada awal decade 80-an, Jepang menjadi negara penghasil mobil nomor satu di dunia. Akhirnya, bukan menjadi rahasia umum keinginan Jepang untuk menjadi negara nomor satu dalam industry elektronik. Era 80-an hampir semua industry teknologi dikuasai oleh bangsa yang pernah hancur ini.  Pada awal tahun 1990, Jepang menjadi negara produsen elektronik terbesar di dunia sekaligus mengukuhkannya sebagai negara industry terbesar di dunia.
     Fakta ini patut kita contoh sebagai bukti bahwa dengan goals yang jelas, spesifik, dan terarah kesuksesan akan bisa diraih. Sementara itu, mereka yang tidak memiliki goals yang jelas akan berjalan di tempat bahkan mundur dan tidak ada pencapaian yang signifikan yang berhasil diwujudkan. 

Sumber: Buku Best Seller "Fighting Tiger Like a Champion" karangan Darmadi Darmawangsa dan Imam   
              Munadhi 


Selasa, 12 April 2011

"Baju Adat dari 33 provinsi di Indonesia"




Sebagai bangsa Indonesia sudah tentu  kita harus mencintai budaya nenek moyang kita. Begitu kayanya Indonesia dalam hal budaya, maka kita harus bangga dan  mengembangkannya. Ingat!! Jangan mau begitu saja meniru fashion atau gaya  dari luar, karena unsur-unsur yang terdapat dalam budaya bangsa kita juga bisa memberi ide yang cemerlang untuk menciptakan fashion yang uptodate. Oh ya,  dan jangan lupa juga untuk selalu menjaga identitas diri kita sebagai bangsa Indonesia. Namun, kita tetap bisa menerima budaya luar yang positif seperti: semangat orang Jepang yang senang berjalan kaki, karena jalan kaki itu menyehatkan, dan masih banyak lagi. Sebagai penutup , mari panjatkan doa "Semoga Indonesia lebih baik lagi ke depannya"